Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Wednesday, November 30, 2011

LIMA BINTANG CAHAYA tareqat NAQSHBANDIYAH

by Ilmu Tasawuf  |  in tasawuf at  1:01 AM



Silsilah tariqat Naqshbandi dimulai dari Khalifah - pengganti - Rasulullah (saw) yang pertama yaitu, Abu Bakar Siddiq, sahabat paling rapat dan pengikut paling shttp://www.blogger.com/img/blank.gifetia Rasulullah (saw). Pewaris kepada beliau pula adalah Salman al-Farsi, dari Persia. Salman al-Farisi adalah seorang sahabat yang sejak dai mudanya saat di Persia, selalu menemukan para ulama dan para'ariffin '(mereka yang arif tentang ilmu ketuhanan), pria maupun wanita untuk menuntut ilmu dari mereka, sampai akhirnya beliau bertemu dengan orang yang dicari -carinya yaitu, Nabi dan Rasul pada zamannya, Muhammad shallallahu 'alaihi wasalam. Pewaris kepada beliau pula adalah, Qassim bin Muhammad bin Abu Bakar, cucunda kepada Abu Bakar Siddiq, yang telah disebut diatas tadi. Selanjutnya, rahasia praktek kesufian tariqat Naqshbandi ini pula diwarisi oleh Imam besar, Imam para 'Arifin' dan Indikator Jalan Ketuhanan pada zamannya yaitu Jaf'ar as-Sadiq, orang yang Dipercaya. ! Beliau diakui sebagai Imam besar jalan ketuhanan oleh orang Islam yang berpaham Sunni (ahlussunnah wal jama'ah) dan juga yang berpaham Shi'a, Yahudi dan juga Kristen. Ia merupakan generasi kelima keturunan Rasulullah (saw) dan beliau mewarisi rahasia ilmu kesufian / ketuhanan ini dari keluarga ibunya yang merupakan keturunan Abu Bakar dan juga dari keluarga ayahnya yang merupakan keturunan Nabi Muhammad melalui anak kesayangan beliau (saw), Fatimah.
Bayazid al Bistami pula merupakan pewaris as-Sadiq dalam silsilah tariqat yang kaya dengan rahasia ilmu ketuhanan / kesufian ini. Kakek Bayazid merupakan seorang majusi (penyembah api). Kehidupan zuhud yang menjadi praktek Bayazid tidak tertandingi. Ia merupakan anggota Sufi yang pertama yang mengutarakan konsep fana'un fillah (binasanya makhluk - sesungguhnya Allah juga yang ada dan yang kekal).

Kata Naqshband, yang menjadi nama untuk tariqat ini berarti, 'mengukir nama Allah dalam hati'. Sebab itulah, Imam tariqat ini dikenal sebagai Sultan Para Pengukir, yang masyhur bukan saja karena merasakan dan mengalami rasa dekatnya Allah dengan hambanya tapi juga karena benar-benar dapat mengukir kata 'Allah'pada dada nya. Ukiran kata 'Allah' ditemukan saat beliau telah meninggal dunia, yaitu saat pegurusan jenazah beliau. Karamah ini terjadi karena ia selalu berada dalam kondisi mahal dan membasahkan lidah mereka dengan menyebut nama Tuhan yang Agung 'Allah'. Kisah tentang karamah beliau, rahmat tuhan kepadanya dan juga kata-kata puji-pujinya dan cintanya terhadap Tuhan, Keesaan Allah dan bekal untuk menyelami jalan menuju ke hadirat Allah banyak dikatakan.


Silsilah Tarekat ini, mengandung 40 imam-imam besar, yang dimulai dari Rasulullah (saw) - karena praktek, dzikir dan segala rahasia ketuhanan / kesufian tariqat ini diajari oleh Rasulullah (saw) yang diwarisi turun temurun oleh imam-imam berikutnya. Pada setiap zaman ada satu imam yang merupakan Qutub dan Ghawth pada zaman tersebut. Imam-imam ini, memiliki daya tarik yang begitu kuat dalam 'mengajak' murid-muridnya ke hadirat Allah sehingga mereka akan datang dari jarak jauh hanya untuk berada dekat dengan imam-imam ini. Kemampuan ini untuk menggunakan kekuatan spiritual mereka tanpa pembatasan waktu dan ruang, merupakan penyebab jutaan manusia mendekatkan diri mereka ke hadirat Allah - Bahkan mungkin antara jutaan manusia itu tidak pun pernah bersua muka dengan Imam tadi.


Tariqat Naqshbandi memiliki sejarah yang panjang yaitu silsilah pemimpin atau imam-imam besar untuk tariqat ini dapat terdeteksi sehingga ke Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq, Khalifah Ar-Rasyidun yang pertama.Abu Bakar as-Siddiq menjadi pengganti pertama kepada Rasulullah (saw) untuk memimpin ummat Islam pada waktu itu dan memperkuat rohani dan iman mereka. Firman Allah dalam Al-quran yang mulia

"... Sedang dia salah seorang dari 2 orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, Janganlah kamu berdukacita sesungguhnya Allah beserta kita." (Al-Quran, 9:40)

Rasulullah (saw) pernah memuji Abubakar as-Siddiq dengan sabdanya, "Dikala terbit atau terbenamnya matahari, sinarnya yang memancar itu, tidak pernah menyinar pada seorang yang lebih baik selain Abu Bakar kecuali para Nabi dan Rasul." (Tanggal al-Khulafa) Beliau (saw) juga bersabda, "Abu Bakar lebih utama dari kamu bukan karena banyaknya shalat atau puasa beliau melainkan karena sesuatu rahasia yang berakar di dalam hatinya." (Manaqib as-Sahaba Imam Ahmad). Rasulullah (saw) pernah bersabda, "Jika aku di kehendaki memilih teman yang kucintai, aku memilih Abu Bakr sebagai teman yang kucintai; tetapi dia adalah saudara dan sahabatku." (Shahih Muslim)

Tariqat Naqshbandi terbina dasar dan rukunnya oleh 5 bintang yang bersinar diatas jalan Rasulullah (saw) ini dan inilah yang merupakan fitur yang unik untuk tariqat ini yang membedakannya dari tariqat lain. Lima bintang yang bersinar itu adalah Abu Bakar as-Siddiq, Salman Al-Farisi, Bayazid al-Bistami, Abdul Khaliq al-Ghujdawani dan Muhammad Bahauddin Uwaysi a-Bukhari yang lebih dikenal sebagai Shah Naqshband - Imam yang utama dalam tariqat ini.

Kata Naqshband berasal dari dua cetusan ide: naqsh yang berarti "ukiran" dan merupakan bentuk mengukir nama Tuhan di hati dan band pula berarti "ikatan" yang menunjukkan ikatan antara insan dan Penciptanya. Oleh itu berarti Tariqat Naqshbandi mengajak murid-muridnya pria atau perempuan, agar melakukan shalat dan menunaikan hal yang wajib menurut Al-Quran dan As-sunnah Rasulullah (saw) dan kehidupan para sahabat beserta dengan sifat Ihsan. Agar terus bermujahadah dan dapat merasakan kehadiran Allah dan perasaan cinta kepada Allah dalam hati murid-murid tadi dan seterusnya terjalinlah ikatan antara murid dengan Penciptanya.

Salman al-Farisi
Selain Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq siapakah lagi bintang yang bersinar di dalam tariqat warisan Rasulullah (saw) ini? Salah seorang dari mereka adalah Salman al-Farisi.Beliau berasal dari Ispahan, sebuah kota di Persia. Didalam sejarah, beliau adalah sahabat yang bertanggung jawab memberikan usulan pembangunan parit pada ummat Islam ketika menghadapi para musyrik saat perang Ahzab.Cadangan ini telah dapat menghindari korban jiwa yang banyak dan kemudian menuju ke perdamaian dalam waktu yang singkat. Setelah beliau Rasulullah (saw) wafat, beliau pindah ke al-Madain, ibukota Persia ketika itu. Ia diangakat menjadi Pangeran dan gubernur kota tersebut. Beliau terus menetap di kota tersebut sampai ke mangkatannya.

Bayazid Tayfur al-Bistami (q)
Seorang lagi bintang yang menyinari tariqat ini adalah Bayazid Tayfur al-Bistami. Datuk beliau merupakan seorang penganut agama Majusi. Bayazid mendalami 'ilmu shariah dan mengamalkan kehidupan yang sangat zuhud. Sepanjang hidupnya dia sangat tekun dan bersungguh-sungguh dalam menerapkan perintah agama. Dia mengajar murid-muridnya agar menyerahkan segala usaha mereka, di dalam tangan Allah. Dia juga mendorong murid-muridnya untuk mengamalkan ajaran Tauhid yang benar dan suci dengan penuh keikhlasan.
Doktrin ketauhidan Bayazid al Bistami
Lima elemen utama terdapat di dalam doktrin ini yaitu: tetap melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam agama berlandaskan wahyu (Al-quran) dan As-sunnah Nabi Muhammad (saw) [hadits dan cara hidup beliau], selalu berkata benar, jauhi hati dari menyimpan perasaan benci, menjauhi makanan yang membahayakan diri dan menjauhi bid'ah. Bayazid berkata, tujuan utama para Sufi adalah untuk melihat Allah di alam akhirat kelak.Dia pernah berkata: "Ada hamba-hamba Allah yang istimewa disisiNya, akan memilih dan meminta untuk dikeluarkan dari surga dengan cepat sebagaimana penghuni neraka meminta untuk disegerakan keluar dari neraka, JIKA pandangan mereka ditutup dari berpeluang untuk memandang Allah di surga. "

Abdul Khaliq al-Ghujduvani (q)
Seorang lagi bintang yang bersinar, dalam tariqat warisan Rasulullah (saw) ini, adalah Abdul Khaliq al-Ghujduvani. Beliau dilahirkan di sebuah kampung bernama Ghujduvani, terdekat dengan Bukhara - sekarang dikenal sebagai Uzbekistan dan disinilah beliau dibesarkan dan dimakamkan. Ia mempelajari 'Ilmu Wahyu,' Ilmu Tafsir, Usul Fiqh dan 'Ilmu Hadith dari Shaykh Sadruddin. Setelah menguasai 'Ilmu Ketuhanan (Shari'ah) dia melanjutkan pula studinya ke Jihaddun Nafs yaitu memerangi nafsu yang ada didalam diri setiap insan. Ia berusaha keras memerangi nafsu diri yang rendah sampai ia berada dan sampai ke maqam kesucian dan keikhlasan. Ia kemudian bepergian ke Damaskus dan membuka sekolah yang telah melahirkan banyak anak-anak murid yang melanjutkan perjuangan menyebarkan ajaran Islam yang sebenarnya ke daerah Asia Tengah dan juga Timur Tengah.
Abdul Khaliq menghubungkan penelitian dan ajaran pemimpin tariqat sebelum beliau dengan mengumpulkan metode dzikr menurut sunnah Rasulullah (saw). Didalam surat-suratnya ia menulis tentang adab-adab yang harus dipatuhi oleh setiap murid tariqat Naqshbandiyya. Antara kata-katanya, "Wahai anakku, aku menyeru kamu supaya menuntut 'ilmu dan melakukan praktek saleh dan bertakwalah kepada Allah. Ikutilah jejak orang-orang yang saleh dan bertaqwa yang datang sebelum kamu pada jalan spiritual, berpeganglah pada jalan dan cara hidup Rasulullah (saw), bersahabatlah dengan mukmin yang ikhlas dan jujur.Bacalah kitab-kitab Hukum Shariah dan Usul Fiqh, pelajarilah 'ilmu hadits,' ilmu tafsir, jauhilah mereka yang menipu dalam agama dan tetaplah sholat berjamaah. Berhati-hati terhadap bahaya ketenaran. Duduklah bersama-sama orang-orang biasa dan janganlah kamu meminta-minta jabatan. "

Shah Naqshband Muhammad Bahauddin Uways al-Bukhari (q)
Muhammad Bahauddin Uways al-Bukhari dikenal sebagai Shah Naqshband, Imam Tariqat Naqshbandi yang tidak ada tandingannya. Dilahirkan pada tahun 1317 Masehi di sebuah kampung yang bernama Qasr al-Arifin terletak dekat dengan Bukhara. Dalam usia muda 18 tahun ia telah mahir dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang 'Ilmu Shariah. Selanjutnya beliau selalu bersama Shaykh Muhammad Baba as-Samasi, yang merupakan Imam al-muhaddithin (ilmu hadits) di Asia Tengah pada zaman itu. Setelah kemangkatan beliau, Shah Naqshband bersama pula dengan Shaykh Amir Kulal. Shaykh Amir Kulal melanjutkan dan menyempurnakan pendidikan Shah Naqshband dalam 'Ilmu al-Quran dan' Ilmu adz-dzikr yang diwarisinya dari Nabi Muhammad (saw), Abu Bakar as-Siddiq, Salman al-Farisi sampai ke zamannya.

Anak-anak murid Shaykh Amir Kulal biasa berdzikir dengan suara yang kuat saat berdzikir massal. Bila sendirian mereka berdzikir secara senyap. Shah Naqshband pernah berkata,

"Ada dua metode berdzikir yaitu yang kuat dan yang diam. Saya memilih yang diam karena ia memiliki efek yang lebih mendalam." Karena inilah, metode dzikir secara diam merupakan fitur yang khusus untuk Tariqat Naqshbandiyya yang membedakannya dari lainnya tariqat. Meskipun Abu Bakar as-Siddiq dan Shah Naqshband memilih dan cenderung kepada metode dzikir secara senyap, mereka tidak pernah mengkritik metode dzikir secara kuat.

Shah Naqshband telah menunaikan fardhu haji sebanyak 3 kali. Setelah itu beliau menetap di Merv dan Bukhara. Di akhir hidupnya dia kembali ke tempat kelahirannya, kota Qasr al-Arifin. Ajarannya menjadi buah mulut orang dan dan namanya meniti dari bibir ke bibir. Pengunjung dari jauh datang untuk mengunjungi dan belajar dan mendapatkan nasihat dari beliau. Murid-muridnya menimba ilmu dalam madrasah dan masjid yang dapat memuat 5000 orang dalam satu-satu waktu yang dibangun oleh beliau. Madrasah ini merupakan pusat studi Islam yang terbesar di Asia Tengah. Bangunan ini terus berdiri tegak sampai sekarang walaupun telah melalui zaman pemerintahan Komunis selama 70 tahun. Sekarang pemerintah lokal mulai memperbaiki dan menjaga bangunan tersebut.

Ajaran Shah Naqshband telah memberi cahaya kedalam hati-hati murid-muridnya yang selama ini berada di dalam kegelapan. Ia mengajar anak muridnya tentang Keesaan Allah yang mana bidang ini menjadi bidang keahlian Imam-imam Tariqat ini yang datang sebelum beliau. Ia menekankan kepada anak muridnya tentang pentingnya untuk merealisasikan maqam al-Ihsan berdasarkan hadits Rasulullah (saw), "Ihsan adalah menyembah Allah seperti kita dapat melihatNya ..."

Saat beliau sakit di saat-saat akhir hidupnya, ia mengunci dirinya dalam sebuah kamar. Murid-muridnya datang mengunjungi beliau tanpa henti-hentinya dan beliau memberi kepada mereka apa yang mereka butuhkan. Pada satu ketika ia telah menyuruh anak-anak muridnya membaca surat Yaasin. Setelah mereka selesai membacanya, ia mengangkat tangan dan terus berdoa.Seterusnya beliau mengangkat jarinya sambil membaca kalimat syahadat. Setelah selesai membaca kalimat tersebut, ruh beliau pergi meninggalkan jasad untuk kembali ke hadrat ilahi, pada malam Senin tahun 1388 Masehi. Beliau dimakamkan didalam tamannya, seperti yang beliau wasiatkan. Raja-raja yang memerintah Bukahara setelah itu, menjaga dan membesarkan madrasah dan masjid yang telah ia bina dan menambahkan jumlah uang waqaf untuk pemeliharaan dan penggunaan madrasah tersebut.

Shaykh-shaykh Tariqat Naqshbandi yang datang setelah Shah Naqshband telah banyak menulis tentang riwayat hidup beliau. Antaranya adalah Masoud al-Bukhari dan Sharif al-Jurjani yang menulis Risala Bahaiyya yang menjelaskan secara rinci tentang kehidupan dan ajaran serta fatwa-fatwa yang telah di keluarkan oleh Shah Naqshband. Shaykh Muhammad Parsa yang meniggal di Madinah pada tahun 1419 menulis Risala Qudsiyya. Karya ini menceritakan tentang kelebihan dan kesalehan serta ajaran-ajaran Shah Naqshband.

Banyak karya-karya yang telah ditinggalkan oleh Shah Naqsband untuk generasi setelah beliau. Antaranya termasuk, al-Awrad al-Bahaiyya, Praktek Shah Naqshband, Tanbih al-Ghafilin Maslakul Anwar dan Hadiyyatus Salikin wa Tuhfat at-Talibeen. Dia juga telah menulis puji-pujian buat Rasulullah (saw) dan mengeluarkan banyak fatwa pada zamannya. Antara pendapat beliau adalah, semua praktek dan metode penyembahan, apakah yang wajib ataupaun yang sunat, adalah dibenarkan untuk dilakukan untuk menemukan dan mencapai Haqiqat. Shalat, puasa, zakat dan sedekah, berdzikir dan mnyebut nama-nama Allah, memerangi nafsu (mujahadatunnafs) dan kehidupan zuhud, merupakan metode-metode yang diutamakan agar seseorang murid itu, dapat sampai ke hadirat Ilahi. (Lihat 11 rukun Tariqat Nashbandi).
[Image] Shaykh Nazim al-Haqqani, Pemimpin Tariqat Naqshbandi di masa ini, saat mengunjungi makam Shah Naqsband. Mufti Uzbekistan sedang memberi beliau segelas air dari sumur air Shah Naqshband.

Shah Naqshband telah membangun madrasah beliau untuk memperbaharui dan mengembalikan obor Islam untuk ummat Islam dizamannya untuk menghayati ajaran Islam sebagai cara hidup mereka. Beliau menekankan tentang pentingnya mematuhi Al-Quran dan As-sunnah Rasulullah (saw). Anak muridnya pernah bertanya kepada beliau,

"Apakah yang kami perlukan untuk mengikuti jalan Tuan?" Beliau menjawab, "Mematuhi dan menghayati jalan dan cara hidup Rasulullah (saw) dengan penuh kecintaan."

Ia melanjutkan, "Jalan kita adalah jalan yang jarang ditemukan, karena ia berpegang kepada Al-Urwatul Wuthqa, yaitu ikatan yang tidak bisa diputuskan. Jalan ini, tariqat ini hanya mengharuskan pengikutnya, memegang pada jalan yang telah dilalui oleh Rasulullah (saw) - jalan yang suci lagi dilindungi - dan jalan yang dilalui oleh pengikut dan para sahabat beliau (saw) di dalam perjuangan kita untuk menuju ke hadrat ilahi - mengenal hakihat ketuhanan. "
Kehidupan Shah Naqshband amatlah zuhud. Beliau sangat mementingkan kehalalan makan yang ia makan. Ia memakan roti dari barley yang ia tanam dan panen sendiri. Ia amat mencintai para fakir miskin dan selalu memasak dan memperlakukan mereka serta menziarahi mereka saat mereka sakit. Sebenarnya ia seorang yang kaya dan suka menafkahkan hartanya semata-mata pada jalan Allah, bukan untuk diri atau keluarga. Sifat beliau yang pemurah itulah yang menyebabkan ia sangat dicintai dan sifat kedermawanannya selalu menjadi buah mulut orang.

Shah Naqsband pernah berkata:

"Tariqat Naqshbandi ini, merupakan jalan yang paling mudah dan senang untuk seorang murid untuk memahami tentang Tauhid.Ia bebas dari bid'ah atau apapun peyimpangan dan perbuatan yang ekstrim (shaathiyyat) atau tarian dan sebutan yang sulit untuk dipahami (sama'a). ia tidak meminta muridnya untuk selalu berlapar atau berjaga sepanjang malam.Oleh karena sifat-sifat inilah, Tariqat Naqshbandiyya tetap bebas dari mereka yang jahil atau penipuan (mushawazeen). Kesimpulannya, kita mengatakan bahwa tariqat kita ini merupakan ibu untuk tariqat-tariqat lain dan penjaga amanah spiritual. Jalan ini adalah jalan yang paling aman, berhikmah, dan jelas. Ia umpama sumur air yang darinya dapat diminum air yang suci dan sangat bersih. Saat ini Tariqat Naqshbandiyya bebas dari ancaman atau serangan dari pihak karena ia berpegang teguh pada As-sunnah Rasulullah (saw) - jalan yang terpelihara lagi diredhai.

0 komentar teman:

Proudly Powered by Blogger.